Bandung Friendship

BF-all-web

Setelah kami mendapatkan pendampingan T-SoM di Keuskupan kami masing-masing, kelas misi telah mempertemukan kami di Bandung. Tepatnya di Kantor Keuskupan Gedung Bumi Silih Asih, Jl. Moch. Ramdhan No. 18, Bandung.

Dalam pertemuan pertama ini, kami telah bertemu dengan para sahabat baru dari berbagai latar belakang budaya yang berbeda. Ada sahabat-sahabat baru dari 13 keuskupan yang telah kami jumpai. Sangat membahagiakan bukan? 

Ketika itu, saat bertemu orang baru, kami tidak tahu apakah orang itu akan menjadi sahabat baik atau tidak. Jadi, biasanya kita akan berhati-hati pada awalnya. Tahukah temanteman? Persahabatan itu seperti menanam benih yang kita temukan. Kita tidak yakin apa yang akan terjadi sehingga kita harus memperhatikan dan memeliharanya dengan hati-hati. Meski begitu, jangan takut untuk menjalin persahabatan. Ada Tuhan Allah yang pasti akaan menyertai setiap usaha dan niat baik kita.

Persahabatan yang kami bangun, bukan hanya untuk kelompok kami saja, tetapi juga dengan orang-orang di luar kelompok kita, dan kita semua tentunya. Semua orang membutuhkan seorang sahabat. Mari kita sapa mereka yang kurang kita perhatikan, mereka yang sakit, mereka yang kesepian dan hidup menyendiri. Jadilah sahabat bagi mereka. Inilah yang Yesus lakukan juga dalam kehidupannya. Yesus hadir sebagai sahabat bagi mereka yang sakit dan menderita kesusahan (Mertua Simon: Markus 1:29-39; Orang kusta: Markus 1:40-45; Orang sakit di Geneszaret: Markus 6:53-56, Maria Magdalena: Yohanes 7:53-8:11; Pemuda Nain Lukas 7:11-17; etc). Kita hidupi semangat misi Yesus tersebut dalam hidup keseharian kita.

Lalu bagaimana sih proses kegiatan kami selama di Bandung Friendship?

Pada hari pertama kami diajak untuk memahami terlebih dahulu jati diri kita sebagai citra Tuhan bersama yang lain. Pemahaman diri yang baik akan memudahkan kami untuk membuka hati bagi orang lain. Sebagaimana dikatakan jika I am ok with myself maka I am ok with others too”. Di hari pertama, kami telah saling berkenalan satu sama lain sebagai seorang sahabat. Tak kenal maka tak sayang, sudah kenal makin disayang. Semoga spirit ini hidup dalam dirimu. Kegiatan hari pertama akan ditutup dengan refleksi sebagai ciri khas remaja T-SoM dan ibadat taize sebagai wujud syukur kita atas penyertaan Tuhan.

Hari kedua kami awali dengan perayaan ekaristi, memohon berkat penyertaan Tuhan untuk perjalanan hidup kami. Selanjutnya kami masuk dalam dinamika aktivitas persahabatan dalam bentuk outbound. Kami hendak menggali arti sahabat sebagaimana tema pertemuan kami, yaitu Bandung Friendship. Bersahabat itu bukannya dengan orang yang sehat, tetapi juga dengan orang yang sakit sebagai yang Yesus lakukan dalam hidupnya. Setelah itu, kami duduk diam, merenung bersama Tuhan untuk menggali makna dari kegiatan outbond tersebut. Hasil renungan kalian akan dipentaskan pada malam keakraban remaja T-SoM. Kegiatan hari kedua pun ditutup dengan menulis refleksi dan completorium.

Di hari ketiga kami belajar untuk berbicara di muka umum melalui sesi public speaking dan juga bagaimana membuat refleksi dalam bentuk video. Hal ini menjadi pembekalan bagi kami para remaja T-SoM agar bisa tampil penuh percaya diri dan juga mampu menyampaikan warta kasih Tuhan dalam permenungan yang mendalam. Selanjutnya, kami diteguhkan oleh Romo Markus Nurwidi Pranoto, selaku Direktur Nasional Karya Kepausan Indonesia, untuk semakin memahami apa itu T-SoM. Dengan pemahaman yang baik, tentu kami menjalani kegiatan ini dengan penuh sukacita dan kesetiaan. Kegiatan hari ketiga ditutup dengan ekaristi, memohon penyertaan Tuhan agar kami bisa tetap setia dalam tugas perutusan sebagai remaja T-SoM di keuskupan masing-masing.

Sampai jumpa di pertemuan nasional berikutnya, teman-teman. Salam Misioner!

Tuhan memberkati.


Dan… Inilah hasil refleksi-refleksi kami, Klik Disini


Artikel terkait:

T-SoM: Pendampingan Iman & Misi Remaja Katolik

Mgr. Anton: Misionaris tanpa Mercy Bukan Misionaris

RD. Nur Widi: T-Somers Kalian Bukan Remaja Katolik Abal-Abal!